Rabu, 17 Agustus 2011

KEBERKAHAN HIDUP
Setiap orang tentu saja ingin memperoleh keberkahan dalam hidupnya di dunia ini. Karena itu kita selalu berdo’a dan meminta orang lain mendo’akan kita agar segala sesuatu yang kita miliki dan kita upayakan memperoleh keberkahan dari Allah Swt. Secara harfiyah, berkah berarti an nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini berarti Berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya. Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh keberkahan yang diidamkan itu.

Namun, Allah Swt tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Ternyata, Allah hanya akan memberi keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Janji Allah untuk memberikan keberkahan kepada orang yang beriman dan bertaqwa dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS 7:96).

Apabila manusia, baik secara pribadi maupun kelompok atau masyarakat memperoleh keberkahan dari Allah Swt, maka kehidupannya akan selalu berjalan dengan baik, rizki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedang ilmu dan amalnya selalu memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Disilah letak pentingnya bagi kita memahami apa sebenarnya keberkahan itu agar kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya.

BENTUK KEBERKAHAN

Secara umum, keberkahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman bisa kita bagi kedalam tiga bentuk. Pertama, berkah dalam keturunan, yakni dengan lahirnya generasi yang shaleh. Generasi yang shaleh adalah yang kuat imannya, luas ilmunya dan banyak amal shalehnya, ini merupakan sesuatu yang amat penting, apalagi terwujudnya generasi yang berkualitas memang dambaan setiap manusia. Kelangsungan Islam dan umat Islam salah satu faktornya adalah adanya topangan dari generasi yang shaleh. Generasi semacam itu juga memiliki jasmani yang kuat, memiliki kemandirian termasuk dalam soal harta dan bisa menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Keberkahan semacam ini telah diperoleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya yang ketika usia mereka sudah begitu tua ternyata masih dikaruniai anak, bahkan tidak hanya Ismail yang shaleh, sehat dan cerdas, tapi juga Ishak dan Ya’kub. Di dalam Al-Qur’an keberkahan semacam ini diceritakan oleh Allah yang artinya: Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’kub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku aka melairkan anak, padahal aku adalah perempuan seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh". Para malaikat itu berkata: "Apakahkamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah" (QS 11:71-73).

Kedua, keberkahan dalam soal makanan yakni makanan yang halal dan thayyib, hal ini karena ulama ahli tafsir, misalnya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam firman surat Al A’raf: 96 di atas adalah rizki yang diantara rizki itu adalah makanan. Yang dimaksud makanan yang halal adalah disamping halal jenisnya juga halal dalam mendapatkannya, sehingga bagi orang yang diberkahi Allah, dia tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh nafkah. Disamping itu, makanan yang diberkahi juga adalah yang thayyib, yakni yang sehat dan bergizi sehingga makanan yang halal dan tayyib itu tidak hanya mengenyangkan tapi juga dapat menghasilkan tenaga yang kuat untuk selanjutnya dengan tenaga yang kuat itu digunakan untuk melaksanakan dan menegakkan nilai-nilai kebaikan sebagai bukti dari ketaqwaannya kepada Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS 5:88).

Karena itu, agar apa yang dimakan juga membawa keberkahan yang lebih banyak lagi, meskipun sudah halal dan thayyib, makanan itu harus dimakan sewajarnya atau secukupnya, hal ini karena Allah sangat melarang manusia berlebih-lebihan dalam makan maupun minum, Allah Swt berfirman yang artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indak di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (7:31).

Ketiga, berkah dalam soal waktu yang cukup tersedia dan dimanfaatkannya untuk kebaikan, baik dalam bentuk mencari harta, memperluas ilmu maupun memperbanyak amal yang shaleh, karena itu Allah menganugerahi kepada kita waktu, baik siang maupun malam dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam setiap harinya, tapi bagi orang yang diberkahi Allah maka dia bisa memanfaatkan waktu yang 24 jam itu semaksimal mungkin sehingga pencapaian sesuatu yang baik ditempuh dengan penggunaan waktu yang efisien. Sudah begitu banyak manusia yang mengalami kerugian dalam hidup ini karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, sementara salah satu karakteristik waktu adalah tidak akan bisa kembali lagi bila sudah berlalu, Allah berfirman yang artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS 103:1-3).

Karena itu, bagi seorang muslim yang diberkahi Allah, waktu digunakan untuk bisa membuktikan pengabdiannya kepada Allah Swt, meskipun dalam berbagai bentuk usaha yang berbeda, Allah berfirman yang artinya: Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (harta di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (92:1-7).

KUNCI KEBERKAHAN.

Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa sebagai seorang muslim, keberkahan dari Allah untuk kita merupakan sesuatu yang amat penting. Karena itu, ada kunci yang harus kita miliki dan usahakan dalam hidup ini. Sekurang-kurangnya, ada dua faktor yang menjadi kunci keberkahan itu.

Iman dan Taqwa Yang Benar.

Di dalam ayat di atas, sudah dikemukakan bahwa Allah akan menganugerahkan keberkahan kepada hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Semakin mantap iman dan taqwa yang kita miliki, maka semakin besar keberkahan yang Allah berikan kepada kita. Karena itu menjadi keharusan kita bersama untuk terus memperkokoh iman dan taqwa kepada Allah Swt. Salah satu ayat yang amat menekankan peningkatan taqwa kepada orang yang beriman adalah firman Allah yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwadan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri/muslim (QS 3:102).

Keimanan dan ketaqwaan yang benar selalu ditunjukkan oleh seorang mu’min dalam bentuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, baik dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain. Tegasnya keimanan dan ketaqwaan itu dibuktikan dalam situasi dan kondisi yang bagaimananpun juga dan dimanapun dia berada.

Berpedoman kepada Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sumber keberkahan sehingga apabila kita menjalankan pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan berpedoman kepadanya dalam berbagai aspek kehidupan, nicaya kita akan memperoleh keberkahan dari Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? (QS 21:50, lihat juga QS 38:29.6:155).

Karena harus kita jalankan dan pedomani dalam kehidupan ini, maka setiap kita harus mengimani kebenaran Al-Qur’an bahwa dia merupakan wahyu dari Allah Swt sehingga tidak akan kita temukan kelemahan dari Al-Qur’an, selanjutnya bisa dan suka membaca serta menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut aspek pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa.

Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa, keberkahan dari Allah yang kita dambakan itu, memperolehnya harus dengan berdo’a dan berusaha yang sungguh-sungguh, yakni dalam bentuk memantapkan iman dan taqwa serta selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidup ini.


Selasa, 16 Agustus 2011

Iman yang Haq




Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh berpuas diri dengan predikat seorang Muslim. Karena keislaman seseorang tidak cukup untuk dapat menurunkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita di dunia. Keislaman juga belum tentu bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Hanya orang-orang yang beriman sejati yang mendapatkan semua janji2Nya yaitu kebahagian dunia dan akhirat.
Bagaimanakah kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang sering dipanggil Allah dengan mesra “…yaa ayyuhal ladzina aamanu…..” ? Allah yang Maha Pengasih telah menyebutkan di dalam Al Quran surat Al Anfal :2-4
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa seorang mukmin yang Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut>
1. Hatinya yang gemetar hatinya bila disebutkan Asma Allah
Gemetarnya bisa disebabkan karena banyak hal, karena kagum dan takluk pada Kebesaran Allah. Kebesaran dan Kemuliaan Dzat , Sifat maupun PerbuatanNya. Bisa juga karena takut terhadap siksa api neraka yang sangat pedih dan terbayangkan dosa dan kebodohan yang telah dilakukan. Bisa juga gemetar karena berharap karunia surga – dunia maupun akhirat-. Terkadang gemetar haru mengingat sifat Kasih Sayang dan PengampunNya ataupun gemetar hati karena melihat Kebesaran ciptaanNya.
Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa disebut dengan 99 Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu) menunjukkan Sifat-Sifat Allah yang Agung yang wajib kita ketahui, fahami dan hayati maknanya. Pemahaman atas makna dan tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran Asma-asma Allah itulah yang dapat menghantarkan seseorang pada “wajilat quluubukum”
2. Keimanannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat Tuhan
Ayat dalam bahasa Arab artinya bukti. Orang-orang yang imannya tulen bila dihadapannnya dibacakan ayat Al Quran (dalil naqli) ataupun bukti aqli yang berupa demonstrasi Kebesaran Allah dalam penciptaan makhluk-makhlukNya maka bibirnyapun berucap “ Subhanallah…”. Bila membaca Al Quran yang menyebutkan tentang janji-janji Allah keimanannya bertambah, semangat hidupnya makin membara dan semakin giat beramal shalih.
Dan bila dia melihat Kebesaran Allah dalam penciptaan langit , buni dan jagad raya alam semesta maka diapun makin tunduk dan kagum pada Kuasa Allah. Bahkan ketika melihat betapa sempurna dan hebatnya pasukan-pasukan Allah yang berupa misalnya lebah lebah dan madu yang dihasilkan, maka diapun makin yakin dan kagum pada Allah.
Hari-hari orang beriman tidak pernah ada yang menjemukan. Setiap detik yang dilalui dipakai untuk “melihat” demonstrasi Kekuasaan Allah, bertafakkur dan kemudian bertasbih kepada Allah. Dan itu semua makin meningkatkan imannya.
3. Bertawakkal hanya kepada Allah
Bagi orang yang imannya Haq, tidak pernah ada rasa takut dan gentar menghadapi pernak-pernik dan badai di dalam kehidupan dunia. Ketergantungannya kepada Allah dan keyakinan bahwa Allah selalu menuntun dan melindunginya menjadikan langkahnya pasti menapaki roda kehidupan.
…. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang dan mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan rezeki juga sudah ditanggung oleh Allah Azza wa Jalla.
4. Mendirikan Shalat
Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung shalat. Shalat menjadi obat segala masalah kehidupan. Persis seperti yang disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW :
Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2 rakaat” (HR Bukhari)
Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya. Menjaga rukun-rukunnya, waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga kekhusyuannya. Shalat merupakan saat-saat yang indah bermunajat kepada Allah, mengadukan beban hidup, memohonkan kemudahan hidup di dunia dan juga kemuliaan hidup di akhirat. Shalat tidaklah menjadi beban bagi mereka bahkan shalat merupakan saat beristirahat dari keruwetan hidup. Dan tepatlah sabda Rasulullah saat menyuruh Bilal adzan dengan berkata : “Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua!”
Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar shalat. Mengapa ? Karena shalat itulah yang menghalangi mereka berbuat maksiat dan mungkar. Semakin baik mutu shalat maka semakin tinggilah akhlak seseorang
5. Menafkahkan rezeki yang dipunyai
Ciri terakhir seorang mukmin yang tulen adalah mudahnya dia bersedekah. Baginya harta karunia Allah yang didalamnya ada hak fakir miskin. Sedekah adalah tanda syukur kepada Allah kerena diberi kelapangan dalam harta. Tapi dia juga bersedekah dalam keadaan sempit karena jalan kemudahan akan datang dengan derasnya sedekah. Hati orang yang mukmin tidak terikat oleh harta yang dimiliki. Harta diletakkannya di tangan bukan di hati
Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin sejati inilah yang mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat, pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang halal dan berkah.
Semoga bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masing-masing. Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus mensyukuri dan meminta Allah mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam diri kita. Bila kita belum memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang dicintai Allahu Rabbi.



Rabu, 10 Agustus 2011

Membiasakan Berbuat Baik


Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)
Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw:
“Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.

“Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’ 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.
Wallahu a’lam bish showab.
http://kultum.wordpress.com/2008/06/11/membiasakan-berbuat-baik

Selasa, 31 Mei 2011

HINANYA HATI YANG KERAS


Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk [menerima] agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya [sama dengan orang yang membatu hatinya]? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. Az-Zumar/39:22)
Ringkasan Tafsir(1)
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam”, yaitu dengan dipermudah untuk mengenal-Nya, bertauhid kepada-Nya, taat akan perintah-Nya dan menjadi bertambah semangat untuk mengerjakan akaran Islam. Dan ini adalah pertanda baik bagi seseorang.
“Lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya”, yaitu cahaya kebenaran yang membuat hatinya bertambah yakin. Apakah mereka itu sama dengan orang yang hatinya keras? Tentu saja tidak sama.
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allah”, yaitu mereka yang hatinya tidak lnak ketika diingatkan akan Allah, tidak khusyu’, tidak paham, tidak sadar dan selalu membangkang.
“Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” yang akan mengantarkan mereka kepada kebinasaan.
Hati Memiliki Sifat
Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda. Sifat-sifat tersebut pun bisa berubah-ubah setiap waktu. Begitu pula hati, dia pun memiliki sifat. Hati bisa menjadi sehat dan juga bisa menjadi sakit. Allah Subhanahu Wa Ta’alla berfirman:
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah oelh Allah penyakitnya.(QS. Al-Baqarah/2:10)
Hati juga bisa menjadi lunak dan juga bisa menjadi sekeras batu. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi (QS.al-Baqarah/2:74)
Begitu pula hati bisa mengkilap, bersinar dan bisa juga menjadi hitam kelam sebagaimana diterangkan di beberapa hadits Rasullullah Shallallahu ‘Alai Wa Sallam. Oleh karena itu, sebisa mungkin seorang Muslim memperhatikan kondisi hatinya setiap saat, jangan sampai menjadi hati yang keras atau mulai mengeras sehingga nantinya akan menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Na ‘udzu billahi min dzalik.
Bahaya Hati Yang Keras
Ayat di atas dengan jelas menerangkan bahwa orang yang hatinya keras sangat tercela dan dalam kesesatan yang nyata. Malik bin Dinar Rahimahullah pernah berkata, “Seorang hamba tidaklah dihukum dengan suatu hukuman yang lebih besar daripada hukuman keras hati. Tidaklah Allah ‘Azza Wa Jalla marah terhadap suatu kaum kecuali Dia akan mencabut rasa kasih sayang-Nya dari mereka (2)
Tanda-Tanda Hati Yang Keras Atau Mulai Mengeras
Hati yang keras atau mulai mengeras memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1. Bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, setrta meremehkan suatu kemaksiatan.
2. Tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat al-Qur’an yang dibacakan. Berbeda dengan kaum mu’minin, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an atau diingatkan akan Allah ‘Azza Wa Jalla. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (QS. Al-Anfal/8:2)
3. Tidak terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Allah ‘Azza Wa Jalla befirman yang artinya :
Dan tidakkah mereka [orang-orang munafik] memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak [juga] bertaubat dan tidak [pula] mengambil pengajaran? (QS. At-Taubah/9:126)
4. Tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allah ‘Azza Wa Jalla.
5. Bertambahnya kecintaan terhadap dunia dan mendahulukannya di atas akhirat.
6. Tidak tenang hatinya dan selalu merasa gundah.
7. Bertambahnya dan meningkatnya kemaksiatan yang dilakukannya. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman yang artinya : Maka tatkala mereka berpaling [dari kebenaran], Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (QS. Ash-Shaf/61:5)
8. Tidak mengenal atau tidak membedakan perbuatan ma’ruf dan munkar.
Sebab-Sebab Kerasnya Hati
1. Kesyirikan, kukufuran dan kemunafikan.
Inilah sebaba yang paling besar yang dapat menutupi hati seseorang dari menerima kebenaran. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman yang artinya :
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim (QS. Ali ‘Imran/3:151)
2. Melanggar Perjanjian yang Dibuat Kepada Allah Azza Wa Jalla. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
Tetapi] karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu (QS. Al-Ma-idah/5:13)
Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi berkata, “Melanggar (perjanjian) dengan (cara) tidak konsisten dengan apa yang ada di dalamnya yang berupa perintah dan larangan. “(3)
3. Tertawa Berlebihan
Nabi Shallallahu ‘Alai Wa Sallam bersabda :
Janganlah kalian memperbanyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati (4)
4. Berbicara Berlebihan dan Makan Berlebihan
Bisyr bin al-Harits Rahimahullah pernah berkata, “ (Ada) dua hal yang dapat mengeraskan hati: banyak berbicara dan banyak makan.” (5)
5. Banyak Melakukan Dosa
Nabi Shallallahu ‘Alai Wa Sallam bersabda :
Sesungguhnya seorang Mukmin jika melakukan dosa, maka aka nada bintik hitam dihatinya. Jika dia bertaubat dan berhenti (dari dosa tersebut) serta memohon ampunan, maka hatinya akan mengkilap. Apabila dia terus melakukan dosa, maka bertambah pula noktah hitam itu. Itu adalah ar-ran (penutup) yang disebutkan oleh Allah di kitab-Nya:”Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”(QS. Al-Muthaffifin/83:14)
6. Lalai dari Ketaatan
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman yang artinya:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami [ayat-ayat Allah] dan mereka mempunyai mata [tetapi] tidak dipergunakannya untuk melihat [tanda-tanda kekuasaan Allah], dan mereka mempunyai telinga [tetapi] tidak dipergunakannya untuk mendengar [ayat-ayat Allah]. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-A’raf/7:179)
7. Nyanyian dan Alat Musik
‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallhu ‘Anhu berkata:
Nyanyian menumbuhkan kemunafikan di dalam hati(6)
8. Suara Wanita Yang Menggoda
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman yang artinya:
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya , dan ucapkanlah perkataan yang baik (QS. Al-Ahzab/33:32)
9. Melakukan Hal-Hal Yang Merusak Hati
Hal-hal yang merusak hati sangatlah banyak. Akan tetapi, dari semua itu ada lima hal yang menjadi factor perusak hati. Kelima hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh ibnul-Qayyim Rahimahullah: “Adapun lima hal yang merusak hati adalah banyak bergaul (berkumpul dengan manusia), (banyak) berangan-angan, tergantung kepada selain Allah ‘Azza Wa Jalla, kekenyangan (banyak makan) dan (banyak) tidur. Inilah lma hal utama yang dapat merusak hati (7)
Obat Hati Yang Keras
Hati yang jeras juga memiliki obat agar dia bias kembali melunak. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat melunakkan hati:
1. Beriman kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dan selalu meningkatkan keamanan.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya (QS. At-Taghabun/64:11)
2. Banyak mengingat Allah (berdzikir) dan membaca al-Qur’an dengan men-tadabburi-nya (memahami dan merenungi maknanya)
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
[yaitu] orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (QS. Ar-Ra’d/:28)
3. Belajar Ilmu Syar’I (Ilmu Agama)
Tidak diragukan lagi, bahwa ilmu syar’i dapat membiming seseorang untuk menjadi hamba Allah ‘Azza Wa Jalla yang bertakwa. Di awal surat Ali ‘Imran, Allah ‘Azza Wa Jalla memuji orang-orang yang memiliki ilmu yang dalam. Tahukah pembaca, doa apakah yang mereka ucapkan? Doa yang diucapkan oleh mereka adalah:
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi [karunia] (QS. Ali ‘Imran /3:8)
Merekalah yang lebih tahu akan Rabb-nya bila dibandingkan dengan orang –orang awam dan mereka juga lebih tahu bahwa hati manusia bias berubah-ubah, sehingga mereka berdoa dengan doa tersebut.
4. Berlindung kepada Allah dari hati yang tidak khusyu’ dengan doa yang telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alai Wa Sallam, yang berbunyi:
Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan (8)
5. Berbuat Baik Terhadap Anak Yatim dan Orang Miskin
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya seseorang mengadu kepada Nabi Shallallahu ‘Alai Wa Sallam tentang hati yang keras. Beliau Shallallahu ‘Alai Wa Sallam pun bersabda:
Jika Engkau ingin agar hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim (9)
6. Banyak Mengingat Kematian
Diriwayatkan dari Shafiyah Radhiyallahu ‘Anha bahwasanya seorang wanita mendatangi ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dan mengadukan keadaan hatinya yang keras. Kemudian ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha pun berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, engkau akan mendapatkan apa yang engkau inginkan.” Kemudian wanita itu pun mengerjakannya. Setelah itu, dia pun mendapatkan petunjuk di hatinya dan bersyukur kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha (10)
Sa’id bin Jubair (11) dan Rabi bin Abi Rasyid (12) Rahimahullah pernah berkata:
Seandainya mengingat kematian terpisah dari hatiku sekejap saja, saya takut hatiku akan menjadi rusak.
7. Banyak Berziarah Kubur.
Abu Thalib Rahimahullah, seorang murid Imam Ahmad Rahimahullah, pernah berkata, “Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad Rahimahullah) tentang bagaimana melunakkan hatinya. Baliau pun menjawab, “Masuklah ke dalam pemakaman dan usaplah kepala anak yatim.’.”(13)
8. Menghadiri Majlis ta’lim dan Majlis Nasihat
Menghadiri majlis-majlis seperti ini sangat berpebgaruh terhadap hati menusia. Mari kita perhatikam pa yang dikatakan oleh al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘Anhu, “Pada suatu hari Rasullullahu Shallallahu ‘Alai wa Sallam mengerjakan shalat, kemudian menghadap kepada kami dan memberikan nasihat yang sangat menyentuh, yang membuat mata-mata menangis dan hati-hati menjadi takut.”(14)
9. Menjauhi Sebab-Sebab Terjadinya Fitnah dan Dosa
Agar hati kita tidak menjadi keras, maka kita berusaha sekuat mungkin untuk menjauhi sebab-sebab terjadinya dosa atau fitnah. Oleh karena itu, Allah ‘Azza Wa Jalla melarang para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhuma bertanya atau meminta sesuatu hal kepada istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alai wa Sallam kecuali dari belakang tabir.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
Apabila kamu meminta sesuatu [keperluan] kepada mereka [isteri-isteri Nabi], maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka (QS. Al-Ahzab/33:53)
10. Makan Makanan Yang Halal
Imam Ahmad Rahimahullah pernah ditanya oleh seseorang, “Dengan apa hati bisa menjadi lunak?” Kemudian beliau pun menjawab, “ Ya bunayya (wahai anakku)! Dengan makan makanan yang halal.”(15)
11. Shalat Malam
12. Beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah di waktu sahur (sebelum Subuh).
13. Berteman dengan orang-orang yang shaleh.
Ibrahim al-Khawwash Rahimahullah berkata :
Obat hati ada lima macam, yaitu: membaca al_Qur’an dengan men-tadabbury-nya, mengosongkan perut, shalat malam, mendekatkan diri (kepada Allah) di waktu sahur dan duduk-duduk (berteman) dengan orang-orang yang shaleh (16)
Kesimpulan
1. Hati memiliki sifat-sifat yang bisa berubah-ubah
2. Orang yang telah dibukakan hatinya untuk menerima agama Islam dan taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla tidak sama dengan oran yang berhati keras.
3. Orang yang berhati keras akan mendapatkan ancaman yang sangat besar.
4. Orang yang berhati keras memiliki sifat-sifat tertentu seperti yang sudah dipaparkan di atas. Seyogyanya seorang Muslim selalu melakukan introspeksi diri.
5. Hati bisa menjadi keras disebebkan oleh beberapa hal. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita menjauhi sebab-sebab tersebut.
6. Hati yang keras pun dapat diobati dengan berbagai cara yang telah disebutkan.
7. Orang-orang yang telah terjerumus kepada kemaksiatan atau merasa bahwa hatinya sangat keras, maka harus segera bertaubat dan Allah Subhanahu Wa Ta’alla akan mengampuni orang-orang yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.
Mudah-mudahan bermanfaat dan mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta’alla selalu menjaga hati kita agar tetap lunak. Amin.

AHMADIYAH DARI KACAMATA ISLAM


Ahmadiyah ciptaan Nabi Palsu
(Diambil dr Forum Diskusi Facebook Kembang Anggrek )

Banyak sisi kelam dari kisah hidup para nabi palsu yang terkubur oleh puja dan puji para pengikutnya. Mirza Ghulam Ahmad adalah contoh yang amat layak diketengahkan. Bagaimana sesungguhnya akhlak dari “nabi” orang-orang Ahmadiyah ini?

Dengan menengok –walau sekilas– tentang sejarah munculnya sekte Ahmadiyah ini, diharapkan kita akan mengenal dengan jelas jati diri mereka dan pimpinan mereka.( Pembahasan berikut ini diringkas dari kumpulan makalah Asy-Syaikh Prof. Ihsan Ilahi Zhahir, seorang ulama besar di Pakistan.)

Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan di daerah Qadiyan, salah satu daerah di wilayah Punjab, di sebuah keluarga yang bekerja dengan setia pada penjajah Inggris. Dahulu ayahnya adalah salah satu pengkhianat muslimin. Dia melakukan makar terhadap muslimin serta membantu penjajahan Inggris guna memperoleh kedudukan. Ini sebagaimana disebutkan sendiri oleh Ghulam Ahmad dalam bukunya Tuhfah Qaishariyyah (hal. 15):

“Sesungguhnya ayahku Ghulam Murtadha dahulu termasuk orang yang memiliki hubungan baik dan mesra dengan pemerintah Ingris. Ia punya posisi di kantor pemerintah. Ia membantu pemerintah (Inggris) saat orang-orang sebangsa dan seagamanya melawan Inggris, dengan bantuan yang baik pada tahun 1851 M. Dia bahkan membantu Inggris dengan 50 tentara dan 50 kuda darinya sendiri….”

Di masa remajanya, Ghulam Ahmad belajar sebagian buku-buku bahasa Urdu dan bahasa Arab dari ustadz-ustadz yang kurang dikenal. Juga belajar sedikit dari ilmu perundang-undangan, kemudian bekerja menjadi pegawai di Siyalkot dengan gaji hanya 15 Rupee per bulannya (hal. 278-279). Lalu dia meninggalkan pekerjaannya tersebut, sehingga menjadi pengangguran. Saat itu ia mulai mempelajari buku-buku agama Hindu dan Nashrani, karena dialog antar agama saat itu tengah ramai di India. Mayoritas muslimin menghormati ulama dan munadzir (ahli dialog) mereka serta membantu mereka sesuai kemampuan, dengan segala yang mereka miliki baik harta maupun jiwa. Sehingga Ghulam Ahmad di awal munculnya menampakkan bahwa dirinya adalah seorang pembela Islam. Dia pandang pekerjaan ini mudah baginya dan mulia. Ia juga bisa memperoleh harta dengan cara ini yang tidak dia peroleh dengan menjadi pegawai.

Maka yang pertama kali dia lakukan adalah mengumumkan perlawanannya terhadap agama Hindu. Iapun menulis beberapa makalah di sebagian surat kabar, disusul dengan memproklamirkan perlawanannya terhadap Nashrani. Sontak kaum muslimin mengarahkan perhatiannya kepadanya. Ini terjadi pada tahun 1877 M dan 1878 M.

Lalu ia mengumumkan bahwa dirinya telah memulai menulis kitab sebanyak 50 (limapuluh) jilid, membantah segala sanggahan orang kafir terhadap Islam. Oleh karenanya, hendaknya kaum muslimin segera menyumbangkan dananya agar segera tercetak. Saat-saat itu juga, ia mulai mengumumkan tentang karamah-karamahnya yang palsu, sehingga orang-orangpun menganggap ia bukan hanya sekadar orang berilmu tapi juga seorang wali. Maka segeralah muslimin mengirimkan dana yang cukup besar untuk mencetak kitab tersebut (Bisa dilihat pengumuman-pengumuman tersebut dalam Tabligh Risalat kumpulan pengumuman Ghulam Al-Qadiyani juz 1 hal. 25 dan Tabligh Risalat Juz 2 hal: b dan Juz 1 hal. 13.)

Kemudian ia menerbitkan Juz pertamanya dengan judul Barahin Ahmadiyah pada tahun 1880 M. Tetapi isinya justru dipenuhi dengan pengumuman-pengumuman serta karamah-karamahnya. Lalu keluar juz kedua tahun 1882 M dan isinya tidak jauh dari yang pertama. Kemudian ia keluarkan juz ketiga tahun 1884 M, lalu juz keempat. Sesampainya kitab-kitab tersebut di tangan muslimin, mereka heran dan kecewa. Karena bukannya mengisi lembaran kitabnya dengan sanggahan orang-orang kafir dan bantahannya, tapi justru dengan karamah-karamah dan puja-pujian terhadap penjajah Inggris.

Ketika itu, para ulamapun paham bahwa sesungguhnya ia hanya menipu kaum muslimin. Yang patut disebutkan juga bahwa kitab yang dia janjikan 50 jilid itu ternyata tidak terbit kecuali hanya 5 jilid. Ketika ditanya tentang orang-orang yang telah menyumbang untuk mencetak kitabnya tersebut, ia hanya menjawab:

“Tidak ada bedanya antara lima dan limapuluh kecuali hanya satu titik.” (Yakni angka nol dalam tulisan Arab adalah titik. Hanya itu bedanya. Pernyataannya tercantum dalam يقدمه براهين أحمد juz 5 hal 7.)

Alhasil, penjajah Inggris telah memanfatkannya dan menyuguhkan kepadanya segala yang istimewa dan berharga, sehingga iapun berkhianat sebagaimana ayahnya berkhianat. Namun pengkhianatan ayahnya hanya terhadap bangsa dan rakyat negaranya, tapi si anak ini berkhianatterhadap agamanya dan pemeluk agamanya. Akhirnya iapun bekerja atas gaji penjajah Inggris dan dengan bimbingan mereka.

Awal proklamasinya pada tahun 1885 M dengan pengakuan bahwa dirinya adalah seorangMujaddid (pembaru). Lalu pada tahun 1891 M dia mengaku bahwa dirinya adalah Mahdi yang dijanjikan akan muncul. Pada tahun yang sama juga, dia mengaku bahwa dirinya Al-Masih Al-Mau’ud (yang dijanjikan), namun ia adalah nabi yang mengikuti nabi sebelumnya. Setelah itu, pada tahun 1901 M dia menyatakan bahwa dirinya adalah Nabi yang berdiri sendiri, yakni memiliki syariat tersendiri, bahkan lebih utama dari seluruh para Nabi dan Rasul.

Orang-orang yang berilmu sesungguhnya telah menduga kuat sebelum penobatan dirinya sebagai Nabi bahwa hal itulah sebenarnya yang dia inginkan. Akan tetapi Ghulam mengingkari hal itu dengan sekuatnya dan mengatakan:

“Aku menyakini semua yang diyakini Ahlus Sunnah, sebagaimana aku meyakini bahwa Muhammad adalah penutup para nabi, dan barangsiapa yang mengaku kenabian setelahnya berarti dia kafir, dusta. Karena aku mengimani bahwa kerasulan dimulai dari Adam dan berakhir sampai Rasulullah.” (I’lanul Ghulam, pernyataan Ghulam tanggal 12 Oktober 1891, dalam kumpulan Tabligh Risalat juz 2 hal. 2.)

Lalu sedikit meningkat dengan motivasi dari penjajah, sehingga dia mengatakan:

“Aku bukan nabi, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan aku muhaddats dan kaliim (yang diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) agar memperbarui agama Al-Mushthafa.” (Mir`aat Kamalaat Al-Islam hal. 383)

Lalu meningkat lagi secara bertahap, katanya:
“Aku bukan Nabi, akan tetapi Muhaddats, dan Muhaddats itu berkekuatan nabi, bukan benar-benar Nabi.” (Himayat Al-Busyra, karya Ghulam hal. 99)

Lalu,

“Muhaddats itu adalah Nabi yang kurang… seolah jembatan antara para Nabi dan umat-umat mereka.” (Izalatul Auham, karya Ghulam hal. 529)

Lebih dari itu, dia mengatakan:

“Aku bukan Nabi yang menyerupai Muhammad atau aku datang dengan syariat yang baru, bahkan seluruh yang ada, aku adalah Nabiyyun muttabi’ (Nabi yang mengikuti).” (Titimmatu Haqiqatul Wahyi, karya Ghulam hal. 86)



Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam : "Ummatku memiliki dua puluh tujuh para pendusta (kadzdzab) dan dajjal (pembohong besar), empat diantaranya adalah kaum wanita, padahal aku adalah penutup para Nabi yang tiada nabi lagi setelahku." (HR Ahmad dari Hudzaifah Radhiyallahu ’anhu)

Mutiara Hitam



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Ahmad bin Aiman bertamu ke rumah Muslim Bin Umran, saudagar terkenal di Basrah dan mendapat jamuan istimewa. Di tengah suasana yang hangat dalam perjamuan, kedua putra Muslim Bin Umran datang kepada ayahandanya dengan sopan.
Melihat putra Muslim, Ahmad bin Aiman menjadi terpesona oleh keduanya. Bagaimana tidak? Kedua anak itu berbudi akhlak sangat bagus dan berparas tampan seperti anak-anak keturunan sultan/raja. Budi bahasa dan tingkah laku kedua anak itu membuat hati Ahmad senang, penuh kehalusan dengan tutur kata yang lembut. Bukan hanya itu, kedua wajah anak itu sangat bersih, putih dan bercahaya. Sungguh elok menawan hati. Membuat Ahmad Bin Aiman tanpa sengaja berdecak kagum dan berkomentar," Sungguh, anak-anak yang menawan. Pasti Ibunya bidadari dari surga".
Muslim Bin Umran hanya diam mendengar pujian sang tamu. Beberapa saat kemudian Muslim pun menceritakan pernikahannya yang membuat Ahmad menjadi tercengang. "Aku akan menceritakan istriku itu", kata Muslim.
Mulailah Muslim Bin Umran berkisah, " Suatu hari, aku mendengar nasehat bijak dari Abu Abdullah Al-Balakhi yang mengutip hadits dari Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam ,' Wanita yang hitam lebih baik daripada wanita cantik yang mandul'. Sungguh nasehat ini menyentuh qalbuku".
Al-Balakhi menjelaskan makna hitam dan mandul dalam hadits ini, sehingga sangat gamblang dalam benakku. Maka muncullah tekadku untuk membuktikan hadits ini dalam kehidupanku. Mungkin wanita yang secara fisik tidak menarik akan lebih baik daripada wanita cantik tapi tak berakal dan tak berbudi. Apalagi tidak bisa melahirkan anak-anak shaleh dan aku merasa sudah tidak pantas lagi hidup membujang.
"Sampai suatu hari, aku tertarik pada seorang paman yang selalu menolak lamaran dari para pejabat di Bashrah untuk anaknya. Aku pikir pasti anaknya ini pasti istimewa. Maka kutekadkan bulat untuk melamar putrinya. Kudatangi pamanku itu dan mengajukan lamaran kepadanya agar bisa memperistri putrinya"
"Jawaban yang kuterima sangat mengejutkan, kata beliau, pernikahan ini adalah perbudakan bagi anaknya dan langsung paman menolak lamaranku"
" Aku Kaget, tapi aku tetap memaksa agar bisa dinikahkan dengan putrinya itu"
Dengan tegas kukatakan pada paman, bahwa aku tidak pernah menganggap sebuah pernikahan adalah perbudakan dan aku berjanji akan setia dan menyayangi putrinya sebagai istriku. Paman sedikit terkejut dan menanyakan kesungguhanku"
"Aku pun mengiyakannya"
Maka paman pun bersedia menikahkan putrinya denganku.
Ahmad bin Aiman senang mendengar kisah itu, dengan antusias ia bertanya pada Muslim, "Lalu..lalu bagaimana? Pasti Istrimu itu Cantiknya luar biasa ya?"
"Sabar, Sabar...biar kuselesaikan ceritaku ini" jawab Muslim.
" Maka pernikahan suci itupun dilaksanakan. Setelah akad nikah dan perjamuan selesai, aku masuk ke kamar istriku. Ketika tirai kubuka, aku terkejut. Ternyata istriku bukan termasuk wanita cantik. Aku tertegun dan muncul di benakku adalah nasehat dari Syaikh Al-Balakhi itu. Mungkin inilah jawaban Allah atas kebenaran hadits dari Rasulullah itu"

Istriku mendekatiku dan berkata," Inilah aku, rahasia yang dipegang teguh ayahku. Kalau cantik yang engkau cari, maka engkau akan merasa berat saat ini. Aku memiliki harta, maka kuijinkan engkau menikahi wanita lain yang cantik dengan harta itu. Tapi tolong jangan bocorkan rahasia ini"
Karena nasehat Syaikh Al-Balakhi sudah terpancang mantap di hatiku, hatiku pun tenang. Dengan mantap kujawab, "Wahai istriku, aku datang bukan untuk kecantikanmu, namun aku datang karena hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam yakni wanita yang hitam lebih baik daripada wanita yang cantik tapi mandul. Dan aku yakin dengan hadits ini".
Sejak itu, tetesan kebahagiaan mengalir deras dalam rumah tanggaku. Istriku semakin hari semakin ceria dan segar. Semakin hari, semakin terasa kecantikan akal dan hatinya. Anak-anak kami pun lahir dan dibesarkan dengan budi pekertinya dan akhlaknya yang cantik sampai detik ini." Muslim pun menutup ceritanya.
Ahmad bin Aiman pun terharu dan menengadahkan tangannya keatas sambil berdoa, " Sungguh benar semua perkataan Rasulullah. Sungguh Rasulullah selalu benar"
"WANITA HITAM LEBIH BAIK DARIPADA WANITA CANTIK TAPI "MANDUL" AKAL & HATINYA"
Diambil dari Buku "Kisah-kisah teladan untuk keluarga
kita belajar tegar dari batu
kita belajar memberi dari seekor lebah
kita belajar merubah dari seekor kupu2
kita belajar rendah hati dari tananman padi

ALLAH CIPTAKAN LEBIH 212.000 KELAPANGAN UNTUK 1 BUAH KESEMPITAN




Allah Ciptakan Lebih 212.000 Kelapangan Untuk 1 Buah Kesempitan
Apa yang Anda bayangkan jika sedang memandang segelas air penuh?
Mungkin Anda berpikir bahwa ruang dalam gelas tersebut dipenuhi oleh molekul air yang kita kenal sebagai H2O.
Anda tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa dalam gelas berisi air itu terdapat ruang kosong.
Padahal faktanya, dengan mengabaikan jarak antara atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen, ruang kosong dalam segelas air tersebut paling tidak menempati 99.9528% ruangan dalam gelas. Bagaimana mungkin? Mari kita hitung dengan kasar….
Ukuran sebuah atom ditentukan dengan mengukur jarak antara inti atom (nukleus) dengan elektron yang mengitarinya. Diketahui ukuran inti atom hidrogen berdiameter sekitar 1 femtometer (1 femtometer = 10-15 meter). Jika ukuran atom hidrogen memiliki diameter 106.000 femtometer maka ruang kosong pada sebuah atom hidrogen adalah sebesar 106.000 kali benda padatnya. Karena dalam satu molekul air terdapat 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen, maka secara kasar ruang kosong pada sebuah molekul air (hanya dari sumbangan dari atom hidrogen) adalah sebanyak 212.000 kali benda padatnya. Jadi, pada segelas air penuh di atas, ruang kosongnya paling tidak menempati 99.999528%. Sementara benda padatnya hanya 0.000472%!
Jadi, jika hari ini Anda merasakan kesempitan yang luar biasa sehingga Anda memiliki alasan untuk tidak berterima kasih (bersyukur) pada Allah Subhana wata'ala, maka Anda adalah ciptaan-Nya yang sangat durhaka.
Jika Anda berhenti mencoba alternatif penyelesaian satu masalah hanya karena telah melakukan 10 upaya berbeda, maka Anda sedang menafikan lebih dari 211.990 cara lain yang disediakan Allah untuk ditemukan.
Bahkan seorang inventor paling hebat yang pernah dicatat, Thomas Alva Edison, saat menemukan bola lampu hanya menggunakan kurang dari 0.005% peluang yang disediakan-Nya. Bagaimana dengan Anda?

Ash-Sharh (94) : 6
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan"
Have a great invention….
Salam Ukhuwah