Selasa, 14 Agustus 2012

Taqwa, Derajat Tertinggi dari Allah

Perintah puasa semestinya membuat umat Islam tergugah untuk merenungi Ramadhan dengan serius. Dalam Surat Al Baqarah 183 Allah SWT berfirman,"Wahai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaiman diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar bertaqwa." Dari perintah ini, ada dua hal khusus yang patut menjadi perhatian. Pertama, perintah puasa tidak ditujukan secara umum, tapi khusus diwajibkan kepada orang yang beriman. Kedua, hasil akhir atau sasaran diwajibkannya puasa Ramadhan ternyata juga khusus, yakni meraih derajat taqwa. Dan taqwa merupakan derajat serta penghargaan tertinggi dari Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Mengapa harus orang beriman yang diperintah berpuasa? Mengapa pula derajat taqwa bisa dipetik lewat sebuah upaya sederhana, yakni menahan lapar dan dahaga serta tidak berhububgab suami-istri dari fajar hingga matahari tenggelam? Fase paling awal untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah upaya memahami apa dan bagaimana orang beriman. Secara umum orang beriman bisa ditafsirkan dalam dua kategori. Pertama, mereka yang kemampuannya menyakini Allah, malaikat, kitab, utusan-Nya, hari akhir dan hari pembalasan, serta keyakinannya terhadap qodho dan qhadar. Kedua, mereka yang secara khusus memahami dan memantapkan keimanan untuk kemudian menyatakan, menyatukan, dan memposisikan keimanannya terhadap enam hal tadi dengan keberadaan dirinya. Keimanan yang masuk kategori pertama adalah keimanan yang masih bernuansa identifikatif. Artinya, sekedar menyerap keyakinan enam hal tadi dalam rangka mengidentifikasi keimanan tersebut menjadi sebuah pengakuan.Dalam hal ini keimanan akan lebih dipahami dalam bentuk ritual yang simbolis. Adapun mereka yang beriman dalam kategori kedua, adalah mereka yang betul-betul menyertakan dan menyerahkan keyakinannya kepada yang enam tadi. Hal itu dilakukan dengan wawasan dan pengetahuan yang luas dan mendalam. Baik lewat pemahaman dari firman Allah, hadist Rasulullah maupun yang dikaji lewat pemahaman terhadap sunatullah.Dari dua kategori orang beriman tadi, dapat kita simpulkan bahwa kategori kedua adalah mereka yang keimanannya sempurna. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Fathir 28,"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah mereka yang berilmu, yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. Pengetahuan mereka terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah inilah yang menjadikan keimanannya tidak sekedar simbolis. Namun memancar secara menyeluruh. Baik dalam hablum minallah maupun dalam konteks hablum minannas. Puasa Ramadhan dapat mengantarkan kita ke derajat taqwa bergantung pada dua hal. Pertama, bagaimana kesiapan iman kita memahami puasa. Kedua, sejauh man puasa tadi dipahami sebagai sebuah proses untuk melatih dan membekali diri menjadi makhluk yang memiliki filter pengendali diri yang baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar